Monday, April 26, 2010

Cerbung

Rindu tersemat, dalam sekotak cokelat…. (Part. 1)

Dipandanginya kotak berukuran mungil di atas meja belajarnya. Kotak bersampul pink nan cantik berhias pita jepang berwarna senada. Kotak itu adalah kado ulang tahun dari rekan sekantornya, Naila. Ia memang selalu memberikan kado saat Sofi ulang tahun. Meski pun dirinya tahu, bahwa Sofi tak pernah sama sekali menganggap hari ulang tahunnya itu merupakan hari yang special.
Dibukanya bingkisan itu dengan perasaan haru, “ahhh….Naila, kamu memang selalu mengingat hari ulang tahunku. Meski mungkin tak ada satu pun orang lain yang tahu, kapan hari lahirku.” Desahnya dalam hati.
Sejenak ia tertegun, melihat isi dari bingkisan itu. Cokelat. Entah berapa lama ia tak menyentuh dan menikmati cokelat. Meski dulu ia sangat menyukai cokelat. Hampir setiap kali didapati jika Sofi sedang memakan cokelat. Kini, kebiasaannya itu sudah tak pernah dilakukannya lagi, sejak dirinya…….”Hffffhh………..sudahlah biar kuberikan saja cokelat ini kepada keponakanku. Meski rasanya aku ingin sekali mencicipi cokelat ini.” Kata Sofi dalam hati. Diletakkannya cokelat itu kembali di atas meja belajarnya. Ia pun berlalu tanpa menyentuh sedikitpun.

Senja sore itu melukiskan rona sendu. Mengajak Sofi mengenang kisah lalu, yang tersimpan rapi di relung kalbu. Kisah tiga tahun lalu, dia mana ia mengenal sosok pemuda yang penuh karisma. Danu Ariyanto, seorang pemuda santun dan berwibawa. Yang ia kenal melalui dunia maya. Perkenalan itu pun berjalan apa adanya, tak pernah terbesit dalam benak keduanya, akan bertemu dengan lawan bicara yang seiya sekata. Perkenalan itu pun mengalir begitu saja. sampai suatu ketika Allah mempertemukan mereka dalam sebuah acara yang tak terduga, dan hal itu semakin mengeratkan hubungan keduanya. Bukan sebuah hubungan yang diwarnai dengan romansa tetapi sebuah ketulusan persahabatan yang terbina.

Danu sering memberikan cokelat kesukaannya. Saat ia berjumpa dalam sebuah acara. Tak ada maksud apa-apa, memang Danu sering memberikan sebuah kejutan untuk teman-temannya termasuk, Sofi. Ahh…Danu memang seorang sahabat yang baik bagi semua temannya. Sofi pun mengangapnya sudah seperti kakaknya sendiri. Ia tak pernah berpikir lebih dari itu. Walaupun ada teman-temannya yang mulai mencium ada benih cinta yang tumbuh dalam jiwa Danu kala itu. Tetapi, Sofi tetap tak ingin percaya begitu saja.

Hingga beberapa bulan kemudian, tepatnya ia harus menerima kenyataan sebuah penyakit menggerogoti tubuhnya. Penyakit turunan ibunda tersayang. Ia harus menghindari cokelat dan beberapa pantangan makanan lainnya yang dapat merangsang penyakit itu semakin menjalar di tubuhnya. Operasi dapat saja dilakukan, akan tetapi bibit tumor itu dapat saja tumbuh kembali. Mengingat gejala itu di dapati dalam tubuhnya. Dokter pun menyarankan agar ia segera menikah, karena mungkin penyakit itu dapat disembuhkan dengan menikah.

Betapa sedihnya kalo itu, hati Sofi. Tetapi ia mencoba untuk pasrah kepada Allah. Ini hanya sebagian ujian untuk dia. Masih ada yang ujian yang lebih berat darinya.
Sejak itulah, ia berusaha menghindar dari Danu. Tak pernah menanggapi sapan chatingnya, membalas smsnya, atau ingin bertemu dengannya. Sofi merasa ia tak perlu tahu kondisinya, yang akan menambah beban pikiran sahabatnya itu.

Kala itu Danu mencoba mencari tahu apa sebab perubahan sikap sofi saat itu. Tetapi ia tak jua temukan jawaban. Sofi pun selalu menghindar, dan semakin menjauh. Akhirnya Danu pun perlahan menerima sikap Sofi dan pergi dari kehidupan Sofi, tanpa tahu penyebab perubahan sikapnya itu.

Dan kotak cokelat itu, kembali mengingatkannya pada sosok Danu tiga tahun silam. Sosok yang selama ini ia rindukan, meski kadang Sofi tak mengerti apa yang sebenarnya ia rasakan. Kadang dadanya terasa sakit, bila mengingat sosok itu, kadang ia merasa ingin bertemu meski sekejap berpapasan. Ohhh…Tuhan rasa apakah gerangan??? Rindukah ini gerangan??? Atau percikan romansa kehidupan?? Rasa ini begitu kuat, seolah bagai sebuah firasat……

Kumandang adzan membuyarkan lamunannya di senja itu. Disapunya air mata yang menetes perlahan, membasahi pipinya yang kemerahan. Langkahnya menuju tempat pembersihan, memercikan air kesejukan, di sela-sela rasa yang tak karuan. Dihadapkanya diri dalam kehadirat Tuhan, Rabb semesta alam. Yang menganugerahkan segala keberkahan dan kenikmatan.

Siang itu,

“Sof….jadi kemarin kamu tolak proposal itu??” Tanya Dina
“Iya…Din. Aku ngerasa nggak pantas untuk ikhwan itu. Dia terlalu subhanallah untukku.” Jawabnya.
“Tapi, kenapa Sof??, karena penyakitmu, atau karena……Danu?? Tanyanya kembali
Sofi pun terdiam. Kemudian ia pun menjawab, “ Bukan karena Danu, tapi ini soal penyakitku. Aku khawatir jika ikhwan itu akan mundur jika mengetahui kondisiku yang sebenarnya.” Jawab Sofi.
“Belum tentu kan, Sof. Kenapa nggak dicoba dulu.” Kata Dina.
“Aku takut, Din. Lebih baik aku mengundurkan diri, sebelum ikhwan itu mengundurkan diri.” Kata Sofi.
“Aku yakin bukan karena itu, pasti kamu masih menunggu Danu kan??? Tanya Dina.
“Bener, Din bukan karena itu, aku nggak ingin mereka menerimaku karena kasihan padaku, bukan karena ketulusan hati mereka. Aku ingin mendapatkan seorang yang benar-benar tulus menerima aku apa adanya.” Lanjutnya.
“Dan…..kamu berharap orang itu adalah Danu, kan??? Tanya sedikit menyelidik,
“Aku tak tahu apa yang sedang kurasa, aku sadar aku tak pernah pantas baginya. Tapi…aku tak dapat membohongi hatiku sendiri, kalo firasat itu begitu kuat. Entah, aku pun tak tahu harus bagaimana. Aku hanya bisa berdoa semoga Allah memberikan jalan keluarnya.” Katanya lirih.
“Maafkan aku, Sofi. Aku mungkin telah memojokkanmu, tapi aku tak bermaksud begitu. Aku mengerti apa yang kau rasakan.”

Dina, menyimpan sebuah rahasia. Sebenarnya Danu pernah menemuinya, beberapa tahun yang lalu, untuk menanyakan kabar Sofi dan memberikan sekotak cekelat kesukaannya. Dina pun akhjirnya menceritakan semua tentang Sofi kepada Danu. Dan akhirnya Danu pun mengetahui kondisi Sofi yang sebenarnya. Tapi, sekotak cokelat yang pernah dititipkan olehnya untuk Sofi tak pernah disampaikan kepadanya. Bukan karena ia tak ingin menyampaikan amanah itu tapi, karena ia tahu pasti bahwa Sofi tak boleh memakan cokelat. Dan jika ia tahu cokelat itu dari Danu, maka pasti ia akan memakannya, lantaran sudah lama ia merindukan cokelat dan orang yang memberikan cokelat itu.. “hfffhhh……….maafkan aku, aku tak tahu harus bagaimana bersikap kepada kalian. Semoga yang kulakukan ini, yang terbaik untuk kalian. “ katanya dalam hati.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Akankan Dina juga akan jujur pada Sofi mengenai Danu?

bersambung....

No comments:

Post a Comment